Friday, August 31, 2007

Kewirausahaan dari perspektif Psikologi

Pengantar

Tinjauan kewirausahaan dari perspektif Psikologi lebih terfokus pada pertanyaan
mengapa secara individual ada orang dapat yang memanfaatkan peluang? Mengapa
yang lain tidak? Mengapa ada pengusaha yang sukses? Mengapa ada yang tidak
sukses?
Melihat sebuah peluang menjadi awal suatu ide untuk menancapkan sebuah roda
usaha. Namun, hal tersebut perlu ditindaklanjuti dengan upaya eksploitasi peluang
sehingga menciptakan keuntungan yang menjanjikan. Dalam hal ini, tidak Semua orang
mampu melihat peluang usaha.
Terdapat beberapa karakteristik kepribadian seseorang yang akan mempengaruhi
dirinya dalam cara mengorganisasikan peluang wirausaha. Kepribadian yang berbeda
akan menunjukkan perbedaan cara dalam menghadapi tantangan meski berada dalam
situasi yang sama.
Shane (2003) mengelompokkan karakter psikologis yang mempengaruhi
mengapa seseorang lebih memanfaatkan peluang dibandingkan yang lain dalam 4
aspek yaitu:
1. kepribadian
2. motivasi
3. evaluasi diri
4. sifat-sifat kognitif
1. Kepribadian dan motivasi
Kepribadian dan motivasi berpengaruh terhadap tindakan seseorang dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan tindakan memanfaatkan peluang. Bahkan
ketika sekumpulan orang dihadapkan pada peluang yang sama, mempunyai ketrampilan
yang hamper sama, dan informasi yang sama; maka orang dengan motivasi tertentu
akan memanfaatkan peluang, sementara yang lain tidak. Ada 5 aspek kepribadian dan
motif yang berpengaruh dalam memanfaatkan peluang.
a. Ekstraversi
Ektraversi terkait dengan sikap sosial, asertif, aktif, ambisi, inisiatif, dan
ekshibisionis. Sikap ini akan membantu entrepreneur untuk mengeksploitasi peluang
terutama dalam memperkenalkan ide ataupun kreasi mereka yang bernilai kepada calon
pelanggan, karyawan, dan sebagainya. Sikap ini membantu entrepreneur untuk
mengombinasikan dan mengorganisasikan sumber daya dalam kondisi yang tidak
menentu.
b. Agreebleeness (Kesepahaman)
Sikap ini terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan untuk
mempercayai, kerjasama, keinginan untuk memaafkan, toleransi, dan fleksibilitas
dengan orang lain. Hal ini akan membantu entrepreneur dalam membangun jaringan
kerjasama untuk kematangan bisnisnya terutama aspek dari keinginan untuk
mempercayai orang lain.
c. Pengambilan Resiko
Sikap ini berkaitan dengan kemauan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan
beresiko. Beberapa resiko yang mungkin dihadapi oleh entrepreneur antara lain
pemasaran, finansial, psikologis dan sosial. Seseorang yang memiliki perilaku
pengambilan resiko yang tinggi akan lebih mudah dalam mengambil keputusan dalam
keadaan yang tidak menentu dan mengorganisasikan sumber daya yang dimilikinya
terutama dalam memperkenalkan produknya ke pembeli.
2. Motivasi
Hal yang tak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adalah
motivasi. Sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan
nasibnya sendiri. Dalam paparan berikut ini akan dibahas mengenai 2 macam kebutuhan
yang melandasi motivasi seorang entrepreneur.
a. Kebutuhan Berprestasi
Merupakan motivasi yang akan memicu seseorang untuk terlibat dengan penuh
rasa tanggung jawab, membutuhkan usaha dan keterampilan individu, terlibat dalam
resiko sedang, dan memberikan masukan yang jelas. Kebutuhan berprestasi yang tinggi
dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menghasilkan sesuatu yang baru terhadap
masalah khusus. Selanjutnya, kebutuhan berprestasi juga dicirikan dengan adanya
penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk
belajar. Ciri selanjutnya dari adanya kebutuhan berprestasi adalah kemampuannya
dalam membawa ide ke implementasinya di masyarakat. Dengan demikian, kebutuhan
berprestasi yang tinggi akan membantu seorang entrepreneur dalam menjalankan
usahanya untuk memecahkan masalah sesuai dengan penyebabnya, membantu dalam
menentukan tujuan, perencanaan, dan aktivitas pengumpulan informasi. Selain itu,
kebutuhan informasi akan membantu entrepreneur untuk bangkit dengan segera ketika
menghadapi tantangan.
b. Keinginan untuk independent (Need for independence)
Faktor ini menjadi penentu kekhasan dari seorang entrepreneur. Selain keinginan
yang tidak ingin ditentukan oleh orang lain, keinginan untuk independen akan memicu
seorang entrepreneur menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain. Ia akan
lebih berani dalam membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang
berwirausaha.
Motivasi seseorang juga akan meningkat seiring dengan adanya role model
dalam membangun usahanya. Seorang entrepreneur akan berupaya mewarnai bisnisnya
karena terinspirasi dengan entrepreneur yang telah sukses sebelumnya. Biasanya hal ini
akan terlihat ketika seorang entrepreneur mulai memperkenalkan usahanya ke publik.
Role model berperan sebagai katalis dan mentor dalam menjalankan usahanya. Selain
itu, jaringan dukungan sosial dari orang-orang di sekitar entrepreneur akan berperan
terutama ketika usaha tersebut menghadapi kesulitan ataupun ketika berada dalam
keadaan stagnan dalam prosesnya. Keberadaan jaringan ini dikategorikan menjadi:
a. Jaringan dukungan moral. Jaringan ini bisa berawal dari dukungan pasangan,
teman-teman, dan saudara.
b. Jaringan dukungan dari professional. Jaringan ini akan membantu seorang
entrepreneur dalam mendapatkan nasihat dan konseling mengenai perkembangan
usahanya. Jaringan ini bisa berawal dari mentor, asosiasi bisnis, asosiasi
perdagangan, dan hubungan yang bersifat personal.
3. Evaluasi Diri
a. Locus of control
Locus of control didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang bahwa ia mampu
mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Seorang entrepreneur yang memiliki internal
locus of control lebih mampu dalam memanfaatkan peluang kewirausahaan. Mereka
memiliki kepercayaan dapat memanfaatkan peluang, sumber daya, mengorganisasikan
perusahaan, dan membangun strategi. Hal ini dikarenakan esuksesan dalam
menjalankan aktivitas entrepreneur tergantung pada keinginan seseorang untuk percaya
pada kekuatannya sendiri.

b. Self Efficacy
Self-efficacy adalah kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam
menjalankan tugas tertentu. Entrepreneursering membuat penilaian sendiri pada
keadaan yang tidak menentu, oleh karena itu mereka harus memiliki kepercayaan diri
dalam membuat pernyataan, keputusan mengenai pengelolaan sumber daya yang
mereka miliki.
4. Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi bagaimana
seseorang berpikir dan membuat keputusan. Dalam mengembangkan peluang
kewirausahaan, seorang entrepreneurharus membuat keputusan positif mengenai
sesuatu yang mereka belum pahami, dalam ketidakpastian, dan informasi yang terbatas.
Dalam membuat keputusan positif tersebut dibutuhkan karakteristik kognitif yang
membantu entrepreneur untuk memetakan cara bagaimana memanfaatkan peluang
wirausaha. Karakteristik tersebut antara lain:
a. Overconfidence
Overconfidence merupakan kepercayaan pada pernyataan diri yang melebihi
keakuratan dari data yang diberikan. Sikap percaya yang berlebihan ini sangat
membantu entrepreneur terutama dalam membuat keputusan pada situasi yang belum
pasti dan informasi yang terbatas. Dia akan melangkah lebih pasti dalam menjalankan
keputusannya meskipun kesuksesan yang diinginkan belum pasti.
b. Representatif
Representatif merupakan keinginan untuk mengeneralisasi dari sebuah contoh
kecil yang tidak mewakili sebuah populasi. Bias dalam representatif akan mendorong
seorang entrepreneur untuk membuat keputusan. Ia menjadi lebih mudah dalam
membuat keputusan terutama dalam keadan yang tidak menentu.
c. Intuisi
Sebagian besar entrepreneur menggunakan intuisi daripada menganalisis
informasi dalam membuat keputusan. Kegunaan intuisi untuk memfasilitasi pembuatan
keputusan mengenai ketersediaan sumber daya, mengorganisasi dan membangun
strategi baru. dengan memfasilitasi pembuatan keputusan maka argumen akan muncul,
dan intuisi selanjutnya akan meningkatkan performa dalam kegiatan entrepreneur.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Wirausaha
a. Lingkungan keluarga dan masa kecil
Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan
keluarga terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Penelitian bertopik urutan
kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk
berwirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh
pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki
pengaruh yang signifikan.
b. Pendidikan
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan penting dalam penumbuhan
semangat kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk
melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam
menjalankan usahanya.
c. Nilai-nilai Personal
Faktor selanjutnya adalah nilai-nilai personal yang akan mewarnai usaha yang
dikembangkan seorang wirausaha. Nilai personal akan membedakan ia dengan
pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, suplier, dan
pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya.
d. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang menyebabkan
seseorang untuk menjadi seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam
bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.
Sumber:
1. Shane, S. 2003. A General Theory of Entrepreneurship.the Individual-opportunity
Nexus. USA: Edward Elgar
2. Hisrich,R.D., Peters, M.P., dan Shepherd, D.A. 2005. Entrepreneurship. Sixth
Edition. New York: McGraw-Hill